Seputar Pena Inspiratif

6/recent/ticker-posts

Syaikh Siti Jenar : Jalan Menggapai Tuhan

Sahabat Pena Inspiratif - Tuhan, menurut Syaikh Siti Jenar, tidak akan bisa didefinisikan dengan sempurna, karena pemahaman manusia tidak akan mampu mengungkap esensi Tuhan. Namun secara garis besar, Syaikh Siti Jenar mengatakan bahwa Tuhan adalah dzat yang melingkupi alam materi dan alam jiwa sekaligus. Wujud Tuhan tak mampu diindera oleh manusia ataupun makhluk lain yang diciptakan-Nya. Indera manusia hanya bisa digunakan untuk mengindera hal-hal yang berwujud materi saja, yang terbatas jumlahnya. Dzat Tuhan yang juga melingkupi alam jiwa atau alam esensi tak akan mampu diserap indera. Maka, pemaknaan tentang Tuhan tidak akan mampu menunjukkan kesejatian Tuhan. 

Para nabi, para wali, dan salik lainnya, menurut Syaikh Siti Jenar, juga enggan memaknai Tuhan. Kebanyakan dari mereka hanya menunjukkan "Indikasi Tuhan" berdasarkan sifat-sifat dan kedudukan Tuhan tidak pernah didefinisikan dengan mendasar. Sebab sekali lagi pemahaman maupun bahasa yang digunakan oleh manusia tidak akan mampu mengungkapkan kesejatian Tuhan. 

Perihal hubungan antara makhluk dengan Tuhan, menurut Syaikh Jenar mengatakan bahwa manusia dan makhluk lainnya adalah bagian dari Tuhan. Yang dimaksud dengan "bagian" di sini adalah bahwa materi maupun jiwa yang ada pada makhluk adalah sebagian kecil dari materi dan esensi Tuhan. Materi dan jiwa yang ada pada alam ini tidak kecuali pada manusia disebut sebagai makhluk, karena mereka lebih baru, yang timbul dari keqadiman Tuhan. Tuhan adalah qadim, dan makhluk adalah baru. Qadim berproses mencipta sedangkan makhluk sebagai ciptaan. Sang makhluk tercipta karena ada proses, dan proses itu bermula dari sang qadim. Saat akhir zaman, setiap makhluk pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan. 

Syaikh Siti Jenar juga berpendapat bahwa, karena makhluk merupakan bagian dari Tuhan, maka makhluk selama hidupnya juga bisa bersentuhan dengan Allah yang qadim. Cara untuk bisa "menyentuh" Tuhan adalah menggunakan unsur yang gaib, karena wujud Tuhan adalah gaib. Wujud yang gaib dalam diri manusia adalah jiwa. Perangkat materi tidak akan bisa mencapai Tuhan, karena materi merupakan lapisan dasar yang dangkal, bersifat reaktif, dan juga bersifat kesementaraan. Sifat Tuhan yang abadi tentu tidak akan bisa didekati dengan sifat kesementaraan yang ada dalam materi. 

Meskipun jiwa mempunyai karakter yang mampu menyentuh Tuhan, namun ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh jiwa agar bisa melakukannya. Jiwa hatis bersih dan terlepas dari kunkungan nafsu. Sejauh ini, nafsu banyak digolongkan sebagai nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu sufiyah, dan sebagainya. Apa pun jenis nafsu tersebut, nafsu harus dilepaskan dari jiwa. Tepatnya, nafsu harus ditaklukkan oleh jiwa, dan bukan sebaliknya. 

Yang dimaksud dengan "menaklukkan jiwa" di sini adalah posisi jiwa ketika dihadapkan dengan materi. Materi yang berupa raga manusia pada dasarnya cenderung untuk menaklukkan jiwa, sehingga jiwa selalu dalam kungkungannya. Materi enggan melepaskan jiwa. Materi menghendaki jiwa untuk senantiasa bersamanya. Agar upayanya itu berhasil maka materi membutuhkan nafsu sebagai bala tentaranya untuk menguasai jiwa. 

Agar jiwa manusia ini memenangkan pertempuran melawan nafsu, maka jiwa memerlukan bantuan akal budi untuk melatih jetajamwnnya, dan memerlukan pemberuhan jiwa (katarsis) untuk menambah kekuatannya. Akal budi digunakan untuk data berpikir dan merenungkan kejadian serta bermacan fenomena sebagai wujud dari kemahakuasaan Tuhan, kemahasucian-Nya, kemahapermurahan, kemahapenyayangan, dan kemahaan-Nya yang lain. 

Menurut Syaikh Siti Jenar, proses menuju gerbong spiritualitas yang ditandai dengan pengaktifan akal budi dan penyucuan jiwa (katarsis) merupakan upaya penghambaan makhluk kepada Tuhan. Sang makhluk mendekat menuju Tuhan (sering disebut sebagai proses transendensi). Sedangkan ketika memasuki gerbong spiritualitas dengan ditandai lebutnya pengalaman duniawi giliran Tuhan yang mendekati hamba-Nya. Kondisi seperti ini digambarkan Tuhan dalam sebuah Hadits Qudsi 'Jika manusia mendekat dengan berjalan maka Aku (Tuhan) akan mendekat dengan berlari."

Syaikh Siti Jenar Mengakui bahwa konsep "Jalan Menuju Tuhan" Yang disana lu akan di atas mempunyai kenirioan dengan konsep yang dipaparkan oleh Ibnu Arabi maupun Ibnu Sina. 


Sumber :
Argawi Kandito, Pengakuan-Pengakuan Syaikh Siti Jenar (Pustaka Pesantren : Yogyakarta, 2011).

Penulis : Febby Prayoga


Posting Komentar

1 Komentar