Seputar Pena Inspiratif

6/recent/ticker-posts

SIKAP TSIQOH YANG HARUS DIMILIKI OLEH KADER KAMMI


Pemimpin adalah sebagian dari dakwah. Tiada dakwah tanpa kepemimpinan. Sikap saling mempercayai antara pemimpin dan yang dipimpin, menjadi tolak ukur yang menentukan kekuatan sistem jamaah, kemantapan gerak langkah, kejayaan mencapai tujuan serta kemampuan mengatasi berbagai rintangan yang menghalang. “Maka lebih utama bagi mereka ketaatan dan perkataan yang baik” (Muhammad: 21).

Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata: “Yang saya maksud dengan tsiqah adalah rasa puasnya seorang prajurit atas komandannya dalam hal kemampuan dan keikhlasan; dengan kepuasan mendalam yang dapat menumbuhkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan”. Allah SWT berfirman:

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya”_(An Nisa: 65) 

Tsiqah adalah sikap yang wajib dimiliki oleh para aktivis KAMMI, setelah tsiqah kepada Allah dan pertolongan-Nya, mereka juga dituntut tsiqah pada qiyadah (pimpinan) dakwah apa makna tsiqah kepada pimpinan? Tsiqah adalah, “tentramnya hati seorang prajurit/jundi secara mendalam terhadap pemimpinnya dalam hal kapabilitas dan keikhlasan. Darinya lahirlah kecintaan, penghormatan dan ketaatan.

Para sahabat pun pernah diuji dalam masalah tsiqah ini. ”Ya Rasulullah bukankah engkau nabi Allah yang benar? bukan kita berada di atas kebenaran dan musuh kita di atas kebatilan? Bukankah bila kita terbunuh masuk surga dan bila mereka terbunuh masuk neraka?” Begitulah Umar bin Khattab mengekspresikan ketika ketidakpuasan dan kekecewaan hatinya atas satu keputusan Rasulullah saw. Umar menilai keputusan itu adalah kesalahan dan kelemahan kaum Muslimin. Keputusan yang dimaksud adalah penerimaan Rasulullah terhadap semua item yang diinginkan oleh orang Quraisy, yang kemudian disebut dengan Shulhul hudaibiyyah. Pertanyaan Umar bin Khattab yang bertubi-tubi dan bernada memojokkan kepada sang pemimpin dakwah itu hanya dijawab oleh Rasulullah dengan, “Benar”.

Umar meneruskan, ”Lalu mengapa kita rela menerima kehinaan dalam memperjuangkan agama kita?” Rosulullah saw. menjawab, " Aku adalah Rasulullah. Aku tidak akan durhaka kepada-Nya dan Dia pasti menolongku.” Umar tetap saja belum puas dengan jawaban itu, sebab bukan jawaban seperti itu yang diinginkannya. Ia ingin agar Rasulullah dan rombongan tetap melaksanakan thawaf di Mekkah betapun ia harus bertempur dengan orangt-orang kafir Quraisy. Umar pun menemui Abu Bakar dan mengatakan hal yang sama,. Jawaban Abu Bakar tidak berbeda dengan perkataan yang dikatakan Rasulullah SAW. 

Ketidakpuasan Umar dan para sahabat berbuntut panjang. Saat Rasulullah saw. menitahkan untuk menyembelih binatang hadyu (binatang kurban, red) dan mencukur rambut, semua orang berdiam, tidak ada yang mengikuti perintah tersebut. Dalam kebingungan Rasulullah atas sikap kaum muslimin, Ummu Salamah memberikan saran, “Keluarlah engkau menemui mereka dengan tidak perlu mengatakan apapun, lalu bercukur dan sembelihlah hadyu.” Beliau pun mengikuti saran istrinya. Melihat apa yang dilakukan Rasulullah saw barulah satu persatu sahabat mengikuti apa yang dilakukannya. Itulah ujian tsiqah yang dialami para sahabat. Belakang terbukti bahwa apa yang mereka anggap keliru justru menjadi cikal bakal datangnya kemenangan dari Allah SWT.

Allah SWT. berfirman : ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di Jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS. As-Saff :4).

"Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam". (Kredo Gerakan : 5) 

Ketika kaki telah jauh melangkah, pantang surut mundur ke belakang, mereka yang memilih bergerak telah memberikan makna pada perjuangan dan mereka yang memilih diam telah mati sebelum waktunya. Kebenaran harus disuarakan dan keadilan harus direbut dari kekuasaan. 

#SalamMuslimNegarawan ‼️

Oleh : Febby Prayoga (Sekretaris Jendral KAMMI UIN SMH Banten)


Posting Komentar

0 Komentar